Penilaian Kinerja

Oleh : Much.  Tajuddin W.M.
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tugas individu atau tim.
Penilaian kinerja merupakan faktor penting untuk suksesnya manajemen kinerja. Meskipun penilaian kinerja hanyalah salah satu unsur manajemen kinerja, sistem tersebut penting karena mencerminkan secara langsung rencana stratejik organisasi.
Meskipun evaluasi atas kinerja tim penting seiring keberadaan tim – tim dalam suatu organisasi, fokus penilaian kinerja pada sebagian besar perusahaan tetap pada karyawan individual. Lepas dari penekanan tersebut, sistem penilaian yang efektif akan mengevaluasi prestasi dan menginisiasi rencana – rencana untuk pengembangan, tujuan, dan sasaran.
Penilaian kinerja seringkali menjadi aktivitas yang tidak disukai dan negative serta dianggap tidak memerlukan keahlian. Dalam kenyataannya, beberapa manajer mungkin tidak akan melakukan penilaian kinerja jika mereka merasa tidak butuh untuk memberikan umpan balik, mendorong perbaikan kinerja, membuat keputusan yang valid, memberi alas an pemberhentian, mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan, serta mempertahankan keputusan kekaryawanan. Penilaian kinerja memiliki banyak kegunaan sementara perbaikan hasil dan efisiensi semakin penting dalam persaingan pasar yang semakin mengglobal dewasa ini. Dengan demikian, mengabaikan satu – satunya program dengan kinerja pada namanya dan para karyawan sebagai fokusnya akan tampak sebagai reaksi berlebih yang buruk. Pada puncak pertimbangan – pertimbangan tersebut, para manajer harus memberi perhatian pada konsekuensi – konsekuensi hukum. Mengembangkan sistem penilaian kinerja yang efektif telah dan akan terus menjadi prioritas tinggi bagi manajemen. Penilaian kinerja bukanlah tujuan itu sendiri, namun lebih sebagai alat untuk mempengaruhi kinerja.
Penggunaan Penilaian Kinerja
Bagi banyak organisasi, tujuan utama sistem penilaian adalah untuk memperbaiki kinerja individu dan organisasi. Namun, mungkin ada tujuan lainnya. Masalah potensial penilaian kinerja, dan mungkin penyebab banyaknya ketidakpuasan, adalah terlalu banyak berharap pada satu rencana penilaian. Sebagai contoh, sebuah rencana yang efektif untuk mengembangkan para karyawan mungkin bukan yang terbaik untuk menentukan kenaikan bayaran. Bagaimanapun juga, sistem yang dirancang secara tepat dapat membantu mencapai tujuan – tujuan organisasi dan meningkatkan kinerja karyawan. Dalam kenyataannya, data penilaian kinerja bias memiliki nilai potensial untuk hampir semua bidang fungsional sumber daya manusia.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Dalam menilai sumber daya manusia perusahaan, data harus tersedia untuk mengidentifikasikan mereka yang memiliki potensi untuk dipromosikan. Melalui penilaian kinerja bias ditemukan bahwa terdapat kekuranagan jumlah karyawan yang siap untuk memasuki manajemen. Rencana – rencana dapat disusun dengan penekanan lebih besar pada pengembangan manajemen. Rencana suksesi manajemen adalah perhatian pokok semua perusahaan. Sistem penilaian yang dirancang dengan baik akan memberikan sebuah profil kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia perusahaan untuk mendukung upaya tersebut.
Perekrutan dan Seleksi
Nilai – nilai hasil evaluasi kinerja bias membantu dalam memprediksi kinerja para pelamar kerja. Sebagai contoh, bias ditentukan bahwa para manajer perusahaan yang sukses menampilkan perilaku – perilaku tertentu ketika menjalankan tugas – tugas pokok. Data - data tersebut kemudian bisa menjadi tolak ukur untuk mengevaluasi respons – respons yang diberikan pelamar melalui wawancara keprilakuan. Di samping itu, dalam memvalidasi tes – tes seleksi, nilai – nilai karyawan bisa digunakan sebagai variabel sebagaimana skor – skor tes dibandingkan. Dalam hal ini, penentuan validitas tes seleksi akan bergantung pada ketepatan hasil penilaian.
Pelatihan dan Pengembangan
Penilaian kinerja harus mengidentifikasikan kebutuhan – kebutuhan spesifik seorang karyawan akan pelatihan dan pengembangan. Dengan mengidentifikasikan kekurangan – kekurangan secara negatif yang mempengaruhi kinerja, program pelatihan dan pengembangan dapat dikembangkan sehingga memungkinkan orang – orang untuk membangun kekuatan dan meminimalkan kekurangan mereka. Suatu sistem penilaian tidak menjamin adanya para karyawan yang dilatih dan dikembangkan secara tepat. Namun, penentuan kebutuhan – kebutuhan pelatihan dan pengembangan akan lebih cepat jika data penilaian tersedia.
Perencanaan dan Pengembangan Karir
Perencanaan dan pengembangan karir bisa dilihat dari sudut pandang individual atau organisasional. Dalam keduanya, data penilaian kinerja penting dalam menilai kekuatan – kekuatan dan kelemahan – kelemahan karyawan serta dalam menentukan potensi seseorang. Para manajer bisa menggunakan informasi tersebut untuk memberikan konsultasi kepada para bawahan dan membantu mereka dalam mengembangkan dan mengimplementasikan rencana karir mereka.
Program Kompensasi
Hasil – hasil penilaian kinerja memberikan sebuah dasar untuk keputusan – keputusan rasional yang berkenaan dengan penyesuaian bayaran. Sebagian besar manajer yakin bahwa Anda harus memberi imbalan atas kinerja pekerjaan yang luar biasa secara nyata dengan kenaikan bayaran. Memberi imbalan terhadap perilaku – perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi adalah jantung dari perencanaan stratejik perusahaan. Untuk mendorong kinerja yang baik, perusahaan harus merancang dan mengimplementasikan sistem penilaian kinerja yang handal dan kemudian memberi imbalan yang layak bagi para karyawan dan tim yang paling produktif.
Hubungan Kekaryawanan Internal
Data penilaian kinerja juga sering digunakan untuk membuat keputusan – keputusan di beberapa bidang hubungan kekaryawanan internal, mencakup promosi, demosi, pemberhentian, pemutusan hubungan kerja, dan transfer.
Penilaian Potensi Karyawan
Sejumlah perusahaan mencoba menilai potensi karyawannya sembari menilai kinerja karyawannya. Meskipun perilaku masa lalu mungkin merupakan prediksi yang terbaik atas perilaku masa yang akan dating, kinerja karyawan masa lalu dalam suatu perusahaan tidak dapat dipakai sebagai indicator yang akurat mengenai kinerja masa yang akan dating pada level yang tinggi atau posisi yang berbeda. Pengenalan atau masalah ini membuat beberapa perusahaan membedakan penilaian kinerja yang berfokus pada perilaku masa lalu, dengan penilaian potensi yang berorientasi pada perilaku masa yang akan datang.
Faktor – faktor Lingkungan Penilai Kinerja
Banyak faktor eksternal dan internal dapat mempengaruhi proses penilaian. Serikat pekerja adalah faktor eksternal yang bisa mempengaruhi proses penilaian perusahaan. Serikat – serikat pekerja sejak dulu menekankan senioritas sebagai dasar promosi dan kenaikan bayaran. Serikat – serikat tersebut bisa menentang keras penggunaan sistem penilaian kinerja rancangan pihak manajemen untuk tujuan – tujuan tersebut.
Faktor – faktor dalam lingkungan internal juga bisa mempengaruhi proses penilaian kinerja. Sebagai contoh, budaya korporat sebuah perusahaan bisa membantu atau menghambat proses tersebut. Organisasi – organisasi dinamis dewasa ini, yang semakin banyak menggunakan tim untuk melaksanakan pekerjaan, mengakui hasil tim secara keseluruhan sebagaimana kontribusi – kontribusi individual. Budaya yang tidak saling percaya tidak akan memberikan lingkungan yang dibutuhkan untuk mendorong kinerja tinggi oleh individu ataupun tim. Dalam atmosfir seperti ini, kredibilitas sistem penilaian akan memburuk terlepas dari manfaatnya.
Proses Penilaian Kinerja
Titik awal proses penilaian kinerja adalah pengidentifikasian sasaran – sasaran kinerja. Sebuah sistem penilaian mungkin tidak dapat secara efektif memenuhi setiap tujuan yang diinginkan, sehingga manajemen harus memilih tujuan – tujuan yang spesifik yang diyakini paling penting secara realistis bisa dicapai.
Langkah berikutnya dari siklus yang terus menerus ini berlanjut dengan menetapkan kriteria – kriteria kinerja dan mengkomunikasikan ekspektasi –ekspektasi kinerja tersebut kepada mereka yang berkepentingan. Kemudian pekerjaan dijalankan dan atasan menilai kinerja. Pada akhir periode penilaian, penilai dan karyawan bersama – sama menilai kinerja dalam pekerjaan dan mengevaluasinya berdasarkan standar – standar kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian ini membantu menentukan seberapa baik para karyawan telah memenuhi standar - standar tersebut, menentukan penyebab – penyebab kegagalan, dan mengembangkan rencana untuk memperbaiki masalah – masalah. Pada pertemuan tersebut tujuan – tujuan ditetapkan untuk periode evaluasi berikutnya dan siklus tersebut berulang kembali.
Menetapkan Kriteria (Standar) Kinerja
Ø Sifat
Sifat – sifat karyawan tertentu seperti sikap, penampilan, dan inisiatif adalah dasar untuk beberapa evaluasi. Namun, banyak dari kualitas yang umum digunakan tersebut bersifat subjektif dan bisa jadi tidak berhubungan dengan pekerjaan atau sulit untuk didefinisikan. Dalam hal ini, evaluasi yang tidak akurat bisa timbul dan bisa pula menciptakan masalah hukum bagi organisasi.
Pada saat yang sama, sifat – sifat tertentu bisa mempengaruhi kinerja pekerjaan dan, jika hubungan ini terbukti, pemanfaatannya dalam penilaian bisa dianggap tepat. Sifat – sifat seperti adaptabilitas, pertimbangan, penampilan, dan sikap bisa digunakan jika terbukti berhubungan dengan pekerjaan.
Ø Perilaku
Ketika hasil tugas seseorang sulit ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi perilaku atau kompetensi orang tersebut yang berhubungan dengan tugas. Perilaku – perilaku yang diinginkan bisa cocok sebagai kriteria evaluasi karena jika perilaku – perilaku tersebut diberi pengakuan dan imbalan, para karyawan cenderung mengulanginya. Jika perilaku – perilaku tertentu mewujudkan hasil yang diinginkan ada manfaatnya menggunakan perilaku – perilaku tersebut dalam proses evaluasi.
Ø Kompetensi
Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat, dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau berorientasi bisnis. Kesuksesan dalam SDM bergantung pada kompetensi dan keterampilan spesifik dalam lima bidang pokok, yaitu: kontribusi stratejik, pengetahuan bisnis, kredibilitas pribadi, penyampaian SDM, dan teknologi SDM.
Ø Pencapaian Tujuan
Jika organisasi – organisasi menganggap hasil akhir lebih penting dari cara, hasil – hasil pencapaian tujuan menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi. Hasil – hasil yang dicapai harus berada dalam kendali individu atau tim dan haruslah hasil – hasil yang mengarah pada kesuksesan perusahaan. Pada level – level atas, tujuan bisa berkenaan dengan aspek finansial perusahaan seperti profit atau arus kas, serta pertimbangan – pertimbangan pasar seperti pangsa pasar atau posisi dalam pasar. Pada level keorganisasian yang lebih rendah hasil – hasil bisa berupa pemenuhan persyaratan kualitas pelanggan dan penyampaian yang sesuai dengan jadwal yang dijanjikan.
Untuk menunjang proses tersebut, manajer perlu memberikan contoh – contoh spesifik mengenai cara karyawan dapat meningkatkan perkembangannya dan mencapai tujuan – tujuan spesifik. Kedua pihak harus mencapai kesepakatan dalam hal tujuan – tujuan karyawan untuk periode evaluasi berikutnya serta bantuan dan sumber – sumber daya yang perlu disediakan oleh para manajer. Aspek penilaian karyawan ini harus menjadi unsur paling positif dalam keseluruhan proses dan membantu karyawan untuk fokus pada perilaku yang akan menghasilkan hasil – hasil positif bagi semua yang berkepentingan
Ø Potensi Perbaikan
Ketika organisasi – organisasi mengevaluasi kinerja para karyawan, banyak kriteria yang digunakan berfokus pada masa lalu. Dari sudut pandang manajemen kinerja, masalahnya tidak mampu mengubah masa lalu. Dengan demikian, perusahaan – perusahaan harus berfokus pada masa depan, memasukkan perilaku – perilaku dan hasil – hasil yang diperlukan untuk mengembangkan karyawan dan dalam proses tersebut, mencapai tujuan – tujuan perusahaan. Hal tersebut melibatkan penilaian potensi karyawan. Memasukkan potensi dalam proses evaluasi membantu memastikan perencanaan dan pengembangan karir yang lebih efektif.
Tanggung Jawab Penilaian
Ø Atasan Langsung
Atasan langsung seorang karyawan biasanya merupakan pilihan paling umum untuk menilai kinerja. Hal ini tetap dijalankan, da nada beberapa alasan untuk pendekatan ini. Pertama, atasan biasanya berada pada posisi yang sangat baik untuk mengamati kinerja pekerjaan karyawan. Alasan lainnya adalah bahwa atasan memiliki tanggung jawab untuk mengelola unit tertentu.
Ø Bawahan
Evaluasi para manajer oleh para bawahan layak dan diperlukan karena para bawahan ada pada posisi sangat bagus untuk melihat efektivitas manajerial atasan mereka. Dengan evaluasi tersebut, para atasan akan menjadi sangat sadar akan kebutuhan tim kerja dan akan menjalankan manajemen lebih baik.
Ø Rekan Kerja dan Anggota Tim
Alasan untuk evaluasi yang dilakukan oleh para anggota tim:
·         Para anggota tim saling mengetahui kinerja satu sama lain lebih baik dari siapapun dan dengan demikian bisa mengevaluasi kinerja secara lebih akurat.
·         Tekanan rekan kerja adalah motivator palin kuat bagi para anggota tim
·         Para anggota yang menyadari bahwa rekan kerja adalah tim akan mengevaluasi pekerjaan mereka akan menunjukkan peningkatan komitmen dan produktivitas
·         Penilaian rekan kerja melibatkan sejumlah opini dan tidak bergantung pada satu orang
Ø Penilaian Diri Sendiri
Jika para karyawan memahami tujuan – tujuan mereka dan kriteria – kriteria yang digunakan untuk evaluasi, mereka ada pada posisi yang baik untuk menilai kinerja mereka sendiri. Banyak orang mengenal dengan baik apa yang mereka kerjakan dalam pekerjaan dan apa yang perlu mereka perbaiki. Jika mereka memiliki peluang, mereka akan mengkritisi kinerja mereka sendirisecara obyektif dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Di samping itu, karena pengembangan karyawan berupa pengembangan diri sendiri, para karyawan yang menilai kinerja mereka sendiri akan menjadi jauh lebih termotivasi.
Penilaian Pelanggan
Perilaku pelanggan menentukan tingkat kesuksesan perusahaan. Dengan demikian, beberapa organisasi meyakini pentingnya memperoleh masukan kinerja dari sumber penting tersebut. Organisasi – organisasi menggunakan pendekatan ini karena pendekatan tersebut menunjukkan komitmen kepada pelanggan, m emaksa kepada karyawan untuk bertanggung jawab, dan mendorong perubahan. Tujuan – tujuan yang berhubungan dengan pelanggan bagi eksekutif bersifat stratejik dan luas, sementara sasaran – sasaran untuk para karyawan level bawah cenderung lebih spesifik. Sebagai contoh sebuah tujuan bisa untuk memperbaiki pemberian nilai yang akurat atau mengurangi jumlah pelanggan yang tidak puas hingga separuhnya. Pentinglah untuk meminta para karyawan berpartisipasi dalam menetapkan tujuan – tujuan mereka dan memasukkan hanya faktor – faktor yang berada dalam kendali para karyawan.
Periode Penilaian
Evaluasi kinerja formal biasanya dipersiapkan dalam interval – interval yang spesifik. Meskipun tidak ada unsur magis mengenai periode peninjauan penilaian formal, pada sebagian besar organisasi penilaian tersebut dilaksanakan tahunan ataupun setengah tahunan. Namun, yang lebih signifikan adalah interaksi terus – menerus (terutama informal), meliputi coaching dan aktivitas – aktivitas pengembangan lainnya, yang berlanjut sepanjang periode penilaian. Umpan balik kinerja sekali setahun tidaklah cukup. Para manajer harus dikondisikan untuk memahami bahwa mengelola kinerja adalah proses berkelanjutan yang melekat pada pekerjaan mereka sehari – hari.
Metode – Metode Penilaian Kinerja
Para manajer bisa memilih dari sejumlah metode penilaian. Jenis sistem penilaian kinerja yang digunakan bergantung pada tujuannya. Jika penekanan utamanya pada pemilihan karyawan untuk promosi, pelatihan, dan peningkatan bayaran berdasarkan prestasi, metode tradisional seperti skala penilaian mungkin tepat. Metode – metode kolaboratif, termasuk input dari para karyawan itu sendiri, mungkin terbukti lebih cocok untuk pengembangan karyawan.
Metode Penilaian Umpan Balik 360 – Derajat
Metode penilaian umpan balik 360-derajat adalah metode penilaian kinerja populer yang melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dalam perusahaan sebagaimana pula dari sumber – sumber eksternal.
Dalam metode ini, orang – orang di sekitar karyawan yang dinilai bisa ikut serta memberikan nilai, antara lain manajer senior, karyawan itu sendiri, atasan, bawahan, anggota tim, dan pelanggan internal atau eksternal. Perusahaan – perusahaan yang menggunakan metode ini antara lain McDonnell-Douglas, AT&T, Allied Signal, dll.
Metode Skala Penilaian
Metode skala penilaian (rating scales method)  adalah metode penilaian kinerja yang menilai para karyawan berdasarkan faktor – faktor yang telah ditetapkan. Faktor – faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua macam : yang berhubungan dengan pekerjaan (job-related) dan karakteristik – karakteristik pribadi. Faktor – faktor yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kualitas dan kuantitas kerja, sementara faktor – faktor pribadi meliputi peerilaku – perilaku seperti keterampilan antara pribadi dan sifat – sifat seperti adaptabilitas.
Metode Insiden Kritis                                                       
Metode insiden kritis (critical incident method) adalah metode penilaian kinerja yang membutuhkan pemeliharaan dokumen-dokumen tertulis mengenai tindakan-tindakan karyawan yang sangat positif dan sangat negatif.
Metode Esai
Metode esai (essay method) adalah metode penilaian kinerja di mana penilai menulis narasi singkat yang menggambarkan kinerja karyawan. Metode ini cenderung berfokus pada perilaku ekstrim dalam pekerjaan karyawan dan bukan kinerja rutin harian. Penilaian jenis ini sangat bergantung pada kemampuan menulis dari evaluator.
Metode Standar Kerja
Metode standar kerja (work standards method) adalah penilaian kinerja yang sangat membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan atau tingkat output yang diharapkan. Ada beberapa metode tersedia untuk menentukan standar kerja, antaranya studi waktu (time study) dan pengambilan sampel-sampel pekerjaan (work sampling). Manfaat nyata penggunaan standar sebagai kriteria penilaian adalah objektifitas. Namun, agar para karyawan mempersepsikan bahwa standar-standar tersebut objektif, mereka harus memahami dengan jelas cara standar-standar tersebut ditetapkan. Manajemen juga harus menjelaskan alasan dari setiap perubahan pada standar-standar.
Metode Peringkat
Metode peringkat (ranking method) adalah metode penilaian kinerja di mana penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam urutan kinerja keseluruhan.
Perbandingan berpasangan (paired comparison) adalah vriasi dari metode peringkat di mana kinerja tiap karyawan dibandingkan dengan setiap karyawan lainnya dalam kelompok.
Metode Distribusi Dipaksakan
Metode distribusi dipaksakan (forced distribution method) adalah metode penilaian kinerja yang mengharuskan penilaian untuk membagi orang-orang dalam sebuah kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal.
Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan
Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan (behaviorally anchored rating scale/BARS) adalah metode penilaian kinerja yang menggabungkan unsur-unsur skala penilaian tradisional dengan metode insiden kritis; berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang sebuah skala dengan masing-masing dideskripsikan menurut perilaku kerja spesifik seorang karyawan.
Sistem Berbasis-Hasil
Manajer dan bawahan secara bersama-sama menyepakati tujuan-tujuan untuk periode penilaian berikutnya dalam sebuah Sistem berbasis-hasil (results-based system), yang di masa lalu merupakan suatu bentuk manajemen berlandaskan tujuan (management by objectivites).
Penggunaan Perangkat Lunak Komputer
Perangkat lunak komputer tersedia untuk merekam data-data penilaian. Manfaat besar dari penggunaan komputer adalah berkurangnya prosedur. Di samping itu, para manajer memiliki pilihan untuk melakukan kustomisasi pada hampir semua program. Hal tersebut diperlukan untuk menyampaikan tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi secara lebih akurat dan untuk memungkinkan penilaian-penilaian yang adil.
Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja
1.      Ketidak nyamanan Penilai
2.      Ketiadaan Obyektivitas
3.      Halo/Horn Error
4.      Sikap Lunak/Sikap Keras