Sambutan Ketua Rayon Humaniora Komisariat Brawijaya Masa Ibadah 2013-2014


Mahasiswa  Islam  Indonesia  sebagai  salah  satu  eksponen  pembaharu bangsa  dan  pengemban  misi  intelektual  berkewajiban  dan  bertangung  jawab mengemban  komitmen  keIslaman  dan  keindonesiaan  demi meningkatkan harkat dan  martabat  umat  manusia  dan  membebaskan  bangsa  Indonesia  dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spritual maupun material dalam segala bentuk. Atas dasar kesadaran tersebut marilah kita sebagai agen of change kita masih mempunyai PR yang sampai hari belum tuntas dan kita sebagai generasi penerus dari bangsa ini mempunyai tanggung jawab sosial untuk meneruskan perjuangan di atas.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah salah satu warna yang menghiasi indahnya pelangi aktivitas kemahasiswaan ekstra kampus.
Mengapa harus PMII?
Dalam PMII, selain digunakan sebagai basis kader, mahasiswa menjadi sebuah identitas bagi aktivitas pergerakan yang ingin di bangun. Kinerja organisasi bersifat “terpelajar”, sistematis, terencana dan strategis hal ini yang menjadi pembeda dengan kinerja gerombolan yang sudah barang tentu tidak di ciptakan oleh PMII. PMII setidaknya telah memproklamasikan cara beragama yang pluralis dengan menggandeng sekaligus dua kata Islam dan Indonesia. Fase Islam-Indonesia sebagai unsur  yang ketiga dari PMII, adalah hasil dri paradigma yang telah dipilih, yakni cara beragama yang subtantif dengan teologi pluralis. Istilah Islam Indonesia di pakai dengan kesadaran bahwa universalitas nilai nilai dalam Islam di terjemahkan dalam kontek tertentu. jika boleh meminjam bahasa Ulil Absar, Islam adalah agama yang kontekstual dengan bentuk bentuk ekspresi budaya local particular. Nah dalam pandangan inilah PMII meletakkan pandangan tentang Islam Indonesia bukan Islam yang berdasarkan “simbolis”.

Dengan demikian bahwa kontruksi citra intelektual yang inklusif dan dinamis itu adalah cerminan keIslaman ala PMII. Citra ini sesungguhnya dapat lebih diperkuat dengan citra pluralis bila kita melihat lebih dalam kepada nilai dasar pergerakan yang di pakai sebagi referensi utama dalam mengorganisasi nilai. Serta ahlussunnah wal jamaah sebagai sebauh kerangka berfikir. Lantas bagai mana dengan persoalan nasionalisme ketika pengertian tentang Indonesia telah di sub-ordinasikan kedalam Islam-indonesia! Apakah PMII harus mengingkari kenyataan bahwa dirinya hidup dan berkembang di sebuah Negara yang di sebut Indonesia.   

0 komentar:

Posting Komentar