Aktivitas dunia pergerakan mahasiswa ekstra kampus semenjak
berdirinya Universitas Brawijaya pada tahun 1962 diwarnai hanya oleh dua
Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) besar saja, yakni Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI).
Hal ini ditandai dengan begitu superiornya kedua OMEK dalam melaksanakan rekrutmen anggota (kaderisasi) maupun gerakan-gerakan sosial mahasiswa. Sementara itu, organ-organ lain seperti PMKRI, GMKI, IMM mulai menyusul di sekitaran tahun 1970an.Kisaran tahun 1975an, beberapa mahasiswa yang sudah menjadi anggota PMII mulai membentuk suatu komunitas berlandaskan ASWAJA Nahdliyyin.
Komunitas yang mendeklarasikan diri secara non formal ini berdiri dilatar belakangi oleh kehausan beberapa mahasiswa akan tradisi dan ritual-ritual Nahdliyyin yang tidak ditemukan di Universitas Brawijaya. Mulanya, aktivitas yang dilaksanakan oleh komunitas ini hanya berkutat dalam hal-hal yang bersifat ritual keagamaan (diba, tahlil dan istighotsah). Dimulai sekitar awal tahun 1980an, aktivitas yang dijalankan komunitas ini mulai merambah pada kajian-kajian filsafat, agama dan sosial. Komunitas inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya PMII Komisariat Brawijaya.
Hal ini ditandai dengan begitu superiornya kedua OMEK dalam melaksanakan rekrutmen anggota (kaderisasi) maupun gerakan-gerakan sosial mahasiswa. Sementara itu, organ-organ lain seperti PMKRI, GMKI, IMM mulai menyusul di sekitaran tahun 1970an.Kisaran tahun 1975an, beberapa mahasiswa yang sudah menjadi anggota PMII mulai membentuk suatu komunitas berlandaskan ASWAJA Nahdliyyin.
Komunitas yang mendeklarasikan diri secara non formal ini berdiri dilatar belakangi oleh kehausan beberapa mahasiswa akan tradisi dan ritual-ritual Nahdliyyin yang tidak ditemukan di Universitas Brawijaya. Mulanya, aktivitas yang dilaksanakan oleh komunitas ini hanya berkutat dalam hal-hal yang bersifat ritual keagamaan (diba, tahlil dan istighotsah). Dimulai sekitar awal tahun 1980an, aktivitas yang dijalankan komunitas ini mulai merambah pada kajian-kajian filsafat, agama dan sosial. Komunitas inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya PMII Komisariat Brawijaya.
Sebelum PMII Komisariat Brawijaya berdiri, anggota PMII dari
Universitas Brawijaya yang sudah mengikuti Mapaba secara keanggotaan dan
struktural masuk pada kepengurusan Cabang. Akhirnya, pada tahun 1987 dengan
pemrakarsa sahabat Muhammad Romdlon lahirlah PMII Komisariat Brawijaya. Dibantu
beberapa sahabat-sahabat yang lain, sahabat Muhammad Romdlon mendeklarasikan
berdirinya PMII Komisariat Brawijaya. Beliau kemudian menjadi Ketua Komisariat
pertama PMII Komisariat Brawijaya.
Di awal kelahiran, PMII Komisariat Brawijaya belum mampu
melaksanakan kegiatan Masa Penerimaan Anggota Baru sendiri, calon anggota baru
yang ingin masuk PMII kemudian dititipkan di Komisariat lain untuk mengikuti
Mapaba. Pada masa itu juga muncul istilah sekretariat berjalan, hal ini dikarenakan
pada masa awal PMII Komisariat Brawijaya berdiri tidak memiliki sekretariat
tetap. Segala arsip dan dokumen di tata rapi dalam satu tas ransel yang dibawa
oleh ketua Komisariat. Kegiatan yang dilaksanakan pada masa itu lebih terfokus
kepada penanaman nilai-nilai ke-PMII-am dan pelestarian paham Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
Secara formal, PMII Komisariat Brawijaya tidak pernah di
bekukan oleh pengurus cabang. Namun, bukan berarti PMII Komisariat Brawijaya
tidak pernah mengalami fluktuasi kaderisasi dan gerakan. Pasang surut
kaderisasi dan gerakan tentunya tak lepas dari proses perjalanan menuju
kedewasaan. Sekitar masa pra-reformasi, PMII Komisariat Brawijaya baru memiliki
rayon-rayon pada setiap fakultas yang ada di Universitas Brawijaya. Pada masa itu
kaderisasi digencarkan dan akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan.
Namun, pada awal 2000an kaderisasi di PMII Komisariat Brawijaya mengalami
kemunduran. Rayon-rayon yang ada mulai
dibekukan karena kader berkurang dan proses kaderisasi mengalami kemunduran.
Kenyataan ini sedikit demi sedikit mulai dibenahi dan di renovasi untuk
pengembangan dan kemajuan PMII Komisariat Brawijaya. Berbagai pemikiran dan
proses dialektika berkepanjangan dilakukan oleh para pendahulu untuk segera
mengkonstruk dan memberikan strategi pengembangan kaderisasi yang lebih
sistematis dan kontekstual terhadap kebutuhan PMII Komisariat Brawijaya.
Pada sekitar tahun 2005, pengurus komisariat mulai menggagas
difusi rayon-rayon sesuai pertimbangan basis keilmuan. Hal ini dimaksudkan
untuk efisiensi kaderisasi dan pengembangan PMII Komisariat Brawijaya kedepan.
Dimana pada realisasinya terdapat 2 rayon yang terbentuk, yakni Rayon Humaniora
(lingkup fakultas sosial) dan Rayon Palapa (lingkup fakultas eksakta). Benar
saja, dari 2 induk rayon tersebut kemudian lahir rayon-rayon baru dilingkup
PMII Komisariat Brawijaya. Saat ini terdapat 7 Rayon di lingkup PMII Komisariat
Brawijaya yaitu : Rayon Humaniora (Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Hukum,
Fakultas Ekonomi Bisnis), Rayon Palapa (Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA,
Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Kedokteran
hewan), Rayon Musa Al-Jabar (Fakultas Teknik, Program Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer), Rayon FIA (Fakultas Ilmu Administrasi), Rayon Pancasila
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Rayon Teknologi Pertanian (Fakultas
Teknologi Pertanian), Rayon Pertanian (Fakultas Pertanian)
0 komentar:
Posting Komentar